Peluang Selalu Terbuka Bagi Pemula di Bisnis Makanan
Handi Irawan D. MBA, Mcom
Managing Director
Frontier Marketing & Research Consultant
Sebagai seorang konsultan pemasaran, pemilik usaha, dosen
dan sekaligus penggemar makanan, saya relatif banyak meluangkan waktu untuk
mengemati bisnis makanan dan minuman, baik bisnis dari perusahaan besar maupun
usaha yang dijalankan pengusaha kecil dan menengah. Ketertarikan saya juga
didorong oleh dua hal lagi, yaitu pertama, saya tinggal di Kota Solo, sebuah
kota yang menjadi surga kuliner bagi penggemar makanan. Di kota ini, ada ribuan
pengusaha kecil dan menengah yang mencari, mengais, dan menimba peruntungan
dengan membuka usaha dalam bidang makanan dan minuman.
Kehebatan Kota Solo dalam hal makanan dan minuman tidak
terbantahkan. Dalam satu pusat makanan saja seperti Gudeg Solo Khas Solo di
seputar Solo Baru ada lebih dari 100 kedai lesehan penjual yang menawarkan
gudeg. Bahkan untuk makanan yang
berbasis tepung seperti mie dan kue, misal di sepanjang Jalan Slamet Riyadi Solo, tidak kurang dari 200
penjual, baik dalam bentuk gerobak maupun restoran yang bersaing merebut
pecinta mie.
pertama, setiap pergi untuk makan, saya selalu berupaya
meluangkan waktu untuk mewancarai pemilik usaha. Selain menanyakan kondisi
bisnis, tidak jarang saya minta mereka untuk mencertakan sejarah mereka memulai
bisnis dan bagaimana kemudian bisnis ini berkembang. Sungguh, setelah mengkin
lebih dari 100 orang yang saya wawancarai, saya makin melihat attitude apa saja
yang membedakan antara kelompok winner dan loser.
Apa yang membedakan winner dan loser? Paling tidak ada 3
attitude pokok. Pertama, winner adalah pengusaha yang memiliki komitmen,
persistensi dan determinasi. Sebagian besar orang akan setuju bila katakana memuali
suatu usaha adalah peikerjaan yang tidak mudah. Bisnis makanan sebenarnya sudah
memberikan daya tarik yang besar. Paling tidak dari sisi demand (permitaan),
tidak ada bisnis lain yang memiliki kejelasan demand dibandingkan dengan bisnis
yang berkaitan dengan perut manusia. Apalagi makanan yang disebut dalam
kebutuhan pokok. Seperti nasi, mie dan roti. Pasar untuk produk ini sudah pasti
ada dan besar.
Walaupun demikian, tanpa persistensi dan determinasi, tidak
ada usaha yang berhasil. Ada puluhan bahkan ratusan hal yang akan menjadi
penghambat dalam bisnis. Mereka yang memiliki persistensi, akan melihat bahwa
tantangan dan kegagalan adalah suatu pelajaran yang harus diakui.
Mereka yang memiliki determinasi akan selalu melihat jauh ke
depan, bukan hanya focus pada hal yang terjadi di hari yang sama. Mereka tahu,
bahwa garis finis masih jauh. Mereka bangun pagi, membuka usaha lebih awal dan
bergerak lebih cepat dari pesaingnya.
Persistensi dan determinasi biasanya dating dari kesenangan
dan penjiwaan terhadap bisnis ini. Anda harus menyenangi bisnis ini, melihat
banyak keindahan dari bisnis yang anda jalani. Kalau komitmen hanya karena
ajakan teman, atau karena anda memiliki tempat untuk membuka usaha, persistensi
ini akan sirna dalam hitungan minggu dan bulan. Pekerjaan yang dilakukan
sebagai hobi dan bagian dari kehidupan yang menyenangkan, itulah yang membuat
pengusaha mempunyai komitmen. Mereka akan mencurahkan waktu, tenanga dan focus kepada
bisnisnya.
Seorang pengusaha serabi misalnya, sudah mempunyai outlet
10, terlihat asyik membantu pegawainya membuat serabi. Terlihat, sungguh
meikmati pekerjaanya. Padahal selama 20
tahun sebelum memuali usaha, beberapa jabatan puncak di perusahaan besar sudah
dia nikmati.
Seorang kawan saya, saat ingin memulai usaha roti setelah
berhenti kerja sebagai salesman, berjuang keras untuk menemukan resep roti yang
baik sekitar 6 tahun lalu. Pada awalnya, rotinya tidak mengembang dan mereka
yang mencobanya mengerutkan dahi, tanda tidak suka atau ada yang tertawa geli. Tidak
patah semangat! Terus mencoba mambuat, terus membandingkan dengan roti lain,
hingga akhirnya membuahkan hasil. Hari ini, usahanya memiliki omset sekitar Rp
5 milyar per tahun, dengan keuntungan bersih sekitar 20 %.
Kedua, mereka yang masuk dalam winner adalah mereka yang
berorientasi pada pelangga. Mereka adalah memahami konsumen adalah raja. Mereka
sadar usaha mereka berkembang karena konsumen, dan bukan karena bias memproduksi.
Inilah salah satu juga yang perlu digarisbawahi. Tidak jarang seorang penjaja
makanan hanya membuat berdasar selera pembuatnya. Pembuat roti hanya membuat
sesuai roti yang disukainya. Padahal, pengusaha tersebut tidak mewakili lidah
dan perut kebanykan konsumen. Enak tidaknya makanan, ditentukan oleh konsumen. Tidak
ada bisnis yang maju tanpa konsumen yang loyal.
Ketiga, kelompok winner adalah yang ma uterus belajar. Mereka
sadar, bahwa lingkungan bisnis berubah. Mereka juga melihat, peta persaingan
berubah. Mereka juga tahu, bila tidak berubah, mereka akan dilibas oleh
perubahan itu sendiri. Keinginan untuk terus belajar inilah yang membuat mereka
terus maju. Komitmen dan berorientasi pada pelanggan akan membuat bisnis mereka
bertahan. Attitude ini yang membuat mereka berkembang dengan cepat. Sekian dulu
tulisan ini, semoga member manfaat. Peluang dimulai dari mencari informasi, dan
informasi dapat diperoleh dengan membaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar