2/01/2012

Peluang Selalu Terbuka Bagi Pemula di Bisnis Makanan


Peluang Selalu Terbuka Bagi Pemula di Bisnis Makanan

Handi Irawan D.  MBA,  Mcom
Managing Director
Frontier Marketing & Research Consultant
Sebagai seorang konsultan pemasaran, pemilik usaha, dosen dan sekaligus penggemar makanan, saya relatif banyak meluangkan waktu untuk mengemati bisnis makanan dan minuman, baik bisnis dari perusahaan besar maupun usaha yang dijalankan pengusaha kecil dan menengah. Ketertarikan saya juga didorong oleh dua hal lagi, yaitu pertama, saya tinggal di Kota Solo, sebuah kota yang menjadi surga kuliner bagi penggemar makanan. Di kota ini, ada ribuan pengusaha kecil dan menengah yang mencari, mengais, dan menimba peruntungan dengan membuka usaha dalam bidang makanan dan minuman.
Kehebatan Kota Solo dalam hal makanan dan minuman tidak terbantahkan. Dalam satu pusat makanan saja seperti Gudeg Solo Khas Solo di seputar Solo Baru ada lebih dari 100 kedai lesehan penjual yang menawarkan gudeg.  Bahkan untuk makanan yang berbasis tepung seperti mie dan kue, misal di sepanjang Jalan  Slamet Riyadi Solo, tidak kurang dari 200 penjual, baik dalam bentuk gerobak maupun restoran yang bersaing merebut pecinta mie.
pertama, setiap pergi untuk makan, saya selalu berupaya meluangkan waktu untuk mewancarai pemilik usaha. Selain menanyakan kondisi bisnis, tidak jarang saya minta mereka untuk mencertakan sejarah mereka memulai bisnis dan bagaimana kemudian bisnis ini berkembang. Sungguh, setelah mengkin lebih dari 100 orang yang saya wawancarai, saya makin melihat attitude apa saja yang membedakan antara kelompok winner dan loser.
Apa yang membedakan winner dan loser? Paling tidak ada 3 attitude pokok. Pertama, winner adalah pengusaha yang memiliki komitmen, persistensi dan determinasi. Sebagian besar orang akan setuju bila katakana memuali suatu usaha adalah peikerjaan yang tidak mudah. Bisnis makanan sebenarnya sudah memberikan daya tarik yang besar. Paling tidak dari sisi demand (permitaan), tidak ada bisnis lain yang memiliki kejelasan demand dibandingkan dengan bisnis yang berkaitan dengan perut manusia. Apalagi makanan yang disebut dalam kebutuhan pokok. Seperti nasi, mie dan roti. Pasar untuk produk ini sudah pasti ada dan besar.
Walaupun demikian, tanpa persistensi dan determinasi, tidak ada usaha yang berhasil. Ada puluhan bahkan ratusan hal yang akan menjadi penghambat dalam bisnis. Mereka yang memiliki persistensi, akan melihat bahwa tantangan dan kegagalan adalah suatu pelajaran yang harus diakui.
Mereka yang memiliki determinasi akan selalu melihat jauh ke depan, bukan hanya focus pada hal yang terjadi di hari yang sama. Mereka tahu, bahwa garis finis masih jauh. Mereka bangun pagi, membuka usaha lebih awal dan bergerak lebih cepat dari pesaingnya.
Persistensi dan determinasi biasanya dating dari kesenangan dan penjiwaan terhadap bisnis ini. Anda harus menyenangi bisnis ini, melihat banyak keindahan dari bisnis yang anda jalani. Kalau komitmen hanya karena ajakan teman, atau karena anda memiliki tempat untuk membuka usaha, persistensi ini akan sirna dalam hitungan minggu dan bulan. Pekerjaan yang dilakukan sebagai hobi dan bagian dari kehidupan yang menyenangkan, itulah yang membuat pengusaha mempunyai komitmen. Mereka akan mencurahkan waktu, tenanga dan focus kepada bisnisnya.
Seorang pengusaha serabi misalnya, sudah mempunyai outlet 10, terlihat asyik membantu pegawainya membuat serabi. Terlihat, sungguh meikmati pekerjaanya.  Padahal selama 20 tahun sebelum memuali usaha, beberapa jabatan puncak di perusahaan besar sudah dia nikmati.
Seorang kawan saya, saat ingin memulai usaha roti setelah berhenti kerja sebagai salesman, berjuang keras untuk menemukan resep roti yang baik sekitar 6 tahun lalu. Pada awalnya, rotinya tidak mengembang dan mereka yang mencobanya mengerutkan dahi, tanda tidak suka atau ada yang tertawa geli. Tidak patah semangat! Terus mencoba mambuat, terus membandingkan dengan roti lain, hingga akhirnya membuahkan hasil. Hari ini, usahanya memiliki omset sekitar Rp 5 milyar per tahun, dengan keuntungan bersih sekitar 20 %.
Kedua, mereka yang masuk dalam winner adalah mereka yang berorientasi pada pelangga. Mereka adalah memahami konsumen adalah raja. Mereka sadar usaha mereka berkembang karena konsumen, dan bukan karena bias memproduksi. Inilah salah satu juga yang perlu digarisbawahi. Tidak jarang seorang penjaja makanan hanya membuat berdasar selera pembuatnya. Pembuat roti hanya membuat sesuai roti yang disukainya. Padahal, pengusaha tersebut tidak mewakili lidah dan perut kebanykan konsumen. Enak tidaknya makanan, ditentukan oleh konsumen. Tidak ada bisnis yang maju tanpa konsumen yang loyal.
Ketiga, kelompok winner adalah yang ma uterus belajar. Mereka sadar, bahwa lingkungan bisnis berubah. Mereka juga melihat, peta persaingan berubah. Mereka juga tahu, bila tidak berubah, mereka akan dilibas oleh perubahan itu sendiri. Keinginan untuk terus belajar inilah yang membuat mereka terus maju. Komitmen dan berorientasi pada pelanggan akan membuat bisnis mereka bertahan. Attitude ini yang membuat mereka berkembang dengan cepat. Sekian dulu tulisan ini, semoga member manfaat. Peluang dimulai dari mencari informasi, dan informasi dapat diperoleh dengan membaca.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar